Kamis, 13 Juli 2017

SINUSITIS

BAB 1. PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Sinusitis merupakan suatu penyakit yang terjadi di daerah sinus pada rongga hidung manusia. Sinusitis suatu proses peradangan pada mukrosa atau selaput lendir sinus paranasal. Sinus paranasal adalah rongga-rongga yang terdapat pada tulang-tulang di wajah. Yang terdiri dari sinusa frontal (di daerah dahi), sinus etmoid (pangkal hidung), sinus maksila (pipi kanan dan kiri), sinus sfenoiddi belakang sinus etmoid). Di dalam hidung kita terdapat empat pasang sinus yaitu:
a.    Sinus Etmoidalis yang terletak di belakang jembatan hidung, di antara kedua mata.
b.    Sinus Maksilaris adalah sinus pipi, sinus ini terletak di belakang tilang pipi, meluas dari tempat di bawah mata hingga ke tepat di atas gigi atas. Akar gigi di rahang atas sering menonjol ke dalam dasar sinus maksilaris, yang menjadi penyebab mengapa banyak orang yang menderita infeksi sinus mengalami sakit gigi. Sinus maksilaris biasanya adalah sinus yang pertama kali terbentuk di dalam rahim. Sinus maksilaris biasanya berbentuk segitiga dan berukuran seperti kenari besar.
c.    Sinus frontalis adalah sinus dahi. Sinus ini terletak di dalam tulang frontal dahi. Dinding belang sinus frontalis sebenarnya membentuk tulang yang menutupi otak.
d.    Sinus sfenoidalis dapat di anggap sebagai sinus dalam. Sinus ini terletak di bagian hidung, jauh dari dalam tengkorak, terletak di bagian belakang hidung, dan di lokasi dimana mata dan otak bertemu.
Didalam hidung kita juga mempunyai Kompleks Ostio Meatus (KOM) yang berfingsi sebagai pintu pagar sempit daerah sempit di meatus medius, tempat mengalirnya lendir dari sinus ke hidung tempat keluarnya masuknya lendir atau udara ke dalam sinus. Karena di dalam sinus terdapat lendir silia dan kelenjar, sehingga ketika sinus yang sehat tersumbat lendir akan mengalir balik dan pintu dari sinus juga tersumbat dan silia berhenti bergerak secara efektif dan, drainase dari sinus terhenti kemuadian hidung mulai merasa tersumbat, dan setelah beberapa hari atau minggu mulai merasakan tekanan sinus di wajah atau dahi karena produksi lendir yang seharusnya keluar melalui KOM tidak dapat keluar karena sinus tersumbat. Penyebab timbulnya sinusitis dalam salah satu dari tiga kategori besar anatomi misalnya patah tulang hidung, tumor dan lain-lain. Genetis misalnya penyakit imunodefisi, asmatriad, dan lingkungan misalnya alergi asap rokok, flu, polusi udara dan lain-lain. Penyakit sinusitis dibedakan menjadi dua yaitu:
1)    Sinusitis Akut
Gejala biasanya di dahului oleh infeksi salurin pernafasan atas (terutama pada anak kecil), berupa pilek dan batuk yang lama, lebih dari tujuh hari. Gejala subyektif terbagi atas gejala sistemamik yaitu demam dan rasa lesu. Serta gejala lokal yaitu hidung tersumbat, cairan hidung mengental yang kadang berbau dan dan mengalir ke naso faring (post nasal drip), halitosis, sakit kepala yang berlebih berat pada pagi hari, nyeri di daerah sinus yang terkena bahkan nyeri di bagian tempat lain sekitas sinus.
2)     Sinus Kronis
Sinusitis kronis berbeda dengan dinusitis akut dalam berbagai aspek, umumnya sukar disembuhkan dengan pengobatan medik saja. harus di cari penyebab dan faktor predisposisinya (keadaan mudah terjangkit ileh penyakit). Populasi bahan kimia dan polusi dapat menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa hidung. Perubahan tersebut juga dapat disebabkan oleh alergi, sehingga mempermudah terjadinya infeksi, dan memudahkan infeksi itu menjadi kronis apabila pengobatan sinusitis akut tidak sempurna. Adapun gejala yang ditimbulkan di antaralnya hidung tersumbat, terasa tidak nyaman dan gatal di daerah tenggorokan, pendengaran terganggu,nyeri atau sakit kepala, serta sering batuk dahkan terjadi komplikasi bronkitis dan asma bronkhial.
Gejala sinusitis yang paling umum adalah sakit kepala, nyeri pada daerah wajah, serta demam. Hampir 25% dari pasien sinusitis akan mengalami demam yang berhubungan dengan sinusitis yang di derita. Gejala lainya berupa wajah pucat, perubahan warna cairan hidung, hidung tersumbat, nyeri menelan, dan batuk. Beberapa pasien akan merasakan sakit kepala bertambah hebat bila kepala di tundukkan ke depan. Pada sinusitis karena alergi maka penderita juga akan mengalami gejala lain yang berhubungan dengan alerginya seperti gatal pada mata, dan bersin-bersin.
Gejala lain yang di timbulkan oleh sinusitis adalah:
·                     Rasa sakit atau adanya tekanan di daerah dahi, pipi, hidung, dan diantara mata,
·                     Sering sakit kepala
·                     Demam
·                     Berkurangnya indra penciuman
·                     Batuk biasanya akan memburuk saat malam
·                     Nafas berbau (halitosis)
·                     Sakit gigi.
Gejala sinusitis pada anak-anak meliputi:
·                     Flu atau penyakit pernafasan yang makin memburuk.
·                     Demam tinggi disertai dengan adanya lendir yang berwarna gelap

1.2  Tujuan
Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Pelayanan Kefarmasian Serta bertujuan untuk mengetahui fungsi dari sinus itu sendiri.

1.3  Manfaat
1)      Agar dapat memahami penyakit sinusitis secara menyeluruh.
2)      Dapat memahami konsep dari penyakit sinusitis.
BAB 2. KONSEP PENYAKIT

2.1  Definisi
Sinusitis merupakan salah satu penyakit atau kelainan pada sinus paranasal yang akhir-akhir ini semakin meningkat. Dampak yang di timbulkan oleh penyakit ini bervariasi, mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat. Betapapun ringannya dampak yang ditimbulkan, penyakit ini selalu menyebabkan penurunan kualitas kualitas hidup penderitanya. Sehingga akan terjadi pula kerugian, baik yang dapat ternilai maupun yang tidak dapat ternilai harganya.
Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukrosa atau selaput lendir sinus paranasal. Akibat peradangan ini dapat menyeabkan pembentukan ciran atau kerusakan tulang di bawahnya. Sinus paranasal adalah rongga-rongga yang terdapat pada tulang di wajah. Terdiri dari sinus frontal (di dahi), sinus edmoid (pangkal hidung). Sinus maksila (di pipi kanan dan kiri), sinus sfeniod (di belakang sinus edmoid).
Definisi sinusitis yang paling sederhana berasal dari bahasa latinnya. Akhiran umum dalam dunia kedokteran itis berarti “peradangan”, karena itu sinusitis adalah suatu peradangan sinus. Sinusitis adalah masalah sinus. Di dalam hidung kita terdapat empat pasang sinus yaitu:
·         Sinus Etmoidalis yang terletak di belakang jembatan hidung ,diantara kedua mata.
·         Sinus Maksilaris adalah sinus pipi.Sinus ini terletak di belakang tulang pipi,meluas dari tepat dibawah mata hingga ke tepat di atas gigi atas.Akar gigi di rahang atas sering menonjol ke dalam dasar sinus maksilaris,yang menjadi penyebab mengapa banyak orang yang menderita infeksi sinus mengalami sakit gigi.Sinus maksilaris biasanya adalah sinus yang pertama kali terbentuk di dalam rahim.Sinus maksilaris biasanya berbentuk segitiga dan berukuran kenari besar.
·         Sinus Frontalis adalah sinus dahi.Sinus ini terletak di dalam tulang frontal dahi.Dinding belakang sinus frontalis sebenarnya membentuk tulang yang menutupi otak.Ukuran sinus frontalis dapat bervariasi dari satu orang ke orang lain.Menariknya 10% populasi tidak pernah membentuk sinus frontalis dan kita tidak tahu alasannya.
·         Sinus Sfenoidalis dapat dianggap sebagai sinus dalam.Sinus ini terletak di bagian belakang hidung,jauh di dalam tengkorak,terletak di bagian belakang hidung,jauh di dalam tengkorak,terletak di lokasi di mana mata dan otak bertemu.
Didalam hidung kita juga mempunyai KOM atau kompleks Ostiomeatus yang merupakan sebagai pintu pagar sempit,daerah sempit di meatus medius,tempat mengalirnya lendir dari sinus ke hidung,tempat keluar masuknya cairan lendir atau udara ke dalam sinus.
Karena Di dalam sinus terdapat lendir,silia dan kelenjar.Sehingga ketika sinus yang sehat tersumbat lendir akan mengalir balik dan pintu dari sinus (ostium) juga tersumbat dan silia berhenti bergerak secara efektif,dan drainase dari sinus terhenti kemudian hidung mulai merasa tersumbat,dan setelah beberapa hari atau minggu,mulai merasakan tekanan sinus di wajah atau di dahi karena produksi lendir yang seharusnya keluar melalui KOM tidak dapat karena sinus tersumbat.Penyebab timbulnya sinusitis,namun berbagai penyebab itu termasuk dalam salah satu dari tiga kategori besar anatomis misalnya patah tulang hidung, polip hidung, tumor, genetis misalnya penyakit imunodefisiensi,asma triad dll dan lingkungan misalnya alergi, asap rokok, flu, dan polusi udara.

 Penyakit sinusitis dibedakan menjadi dua yaitu:
1.      Sinusitis Akut
Gejala biasanya di dahului oleh infeksi salurin pernafasan atas (terutama pada anak kecil), berupa pilek dan batuk yang lama, lebih dari tujuh hari. Gejala subyektif terbagi atas gejala sistemamik yaitu demam dan rasa lesu. Serta gejala lokal yaitu hidung tersumbat, cairan hidung mengental yang kadang berbau dan dan mengalir ke naso faring (post nasal drip), halitosis, sakit kepala yang berlebih berat pada pagi hari, nyeri di daerah sinus yang terkena bahkan nyeri di bagian tempat lain sekitas sinus.
2.      Sinus Kronis
Sinusitis kronis berbeda dengan dinusitis akut dalam berbagai aspek, umumnya sukar disembuhkan dengan pengobatan medik saja. harus di cari penyebab dan faktor predisposisinya (keadaan mudah terjangkit ileh penyakit). Populasi bahan kimia dan polusi dapat menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa hidung. Perubahan tersebut juga dapat disebabkan oleh alergi, sehingga mempermudah terjadinya infeksi, dan memudahkan infeksi itu menjadi kronis apabila pengobatan sinusitis akut tidak sempurna. Adapun gejala yang ditimbulkan di antaralnya hidung tersumbat, terasa tidak nyaman dan gatal di daerah tenggorokan, pendengaran terganggu,nyeri atau sakit kepala, serta sering batuk dahkan terjadi komplikasi bronkitis dan asma bronkhial.


2.2    Etiologi
Pada sinus akut yaitu :
1.      Inveksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada salura pernafasan bagian atas (misalnya rhinovirus, influenza, dan parainfluenza virus).

2.      Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya streptococcus pnemouniae, haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.

3.      Infeksi Jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan sistem kekebalan, contohnya aspergillus.

4.      Peradangan menahun pada saluran hidung
Pada penderita rhinitis alergi dan juga penderita rhinitis vasomotor. Septum nasi yang bengkok dan tonilitis yang kronis.
Sedangkan pada Sinusitis akut yaitu:
1.         Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.
2.         Alergi.
3.         Karies dentis (gigi geraham atas).
4.         Septum nasiyang bengkok sehingga mengganggu aliran mucosa.
5.         Benda asing dan sinus paranasal.
6.         Sinus akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.
7.         Tumor di hidung dan sinus paranasal


2.3    Epedemiologi
Untuk memahami tentang sinusitis kronis maka perlu mengetahui mekanisme patofisiologi sinusitis pada umumnya untuk mengetahui mekanisme patofisiologi sinusitis kronisumumnya, untuk mengidentifikasi faktor risiko paling sering dikaitkan dengan onset, termasuk: 
a.    Perubahan pernapasan hidung (atresia choanal, hidung deviasi septum, benda asing, tumor,) dan obstruksi ostia.; 
b.    Infeksi pada saluran napas atas, sering dan berulang-ulang; 
c.    Cacat dalam transportasi mukosiliar; 
d.    Penyakit umum membuang-buang seperti diabetes, penyakit kolagen, sepsis, AIDS. 
e.    Penggunaan vasokonstriktor topikal, terutama pada remaja yang bermain olahraga dan wanita hamil. 
f.     Penggunaan dan penyalahgunaan obat-obatan seperti mariyuana, kokain, lem. 
g.    Iritasi Homemade, seperti insektisida, deterjen dan cat. 
h.    Iritasi seperti asap rokok. 
i.      Iritasi di tempat kerja.

2.4    Patogenesis / Patofisiologi
Kesehatan sinus di pengaruhi oleh oatium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga mengandung substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini biasa di anggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan. Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam dalam sinus merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri secret menjadipurulen keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi antibiotic.
Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena faktor predisposisi), inflamasi berlanjut terjadi hipoksia dan bacteri anaerob berkembang. Mukosa semakin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid ataau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin di perlukan tindakan operasi. Klasifikasi dan mikrobiologi: consensus intermational tahun 1995 membagi rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu dan kronik jika lebih dari 8 minggu. Consensus tahun 2004 membagi menjadi akut dengan batas sampai 4 minggu,subakut antara 4 minggu sampai 3 bulan dan kronikjika lebih dari 3 bulan. Sinusitis kronik dengan penyebab rinogenik umumnya merupakan lanjutan dari sinusitis akut yang tidak terobati secara adekuat. Pada sinusitis kronik adanya factor predisposisi harus dicari dan di obati secara tuntas.
Menurut sebagai penelitian, bacteri utama yang di temukan padasinusitis akut adalah streptococus pneumonia (30-50%). Hemopylus influenzae (20-40%) dan moraxella catarrhalis (4%). Pada anak, M.Catarrhalis lebih banyak di temukan (20%). Pada sinusitis kronik . faktor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya bakteri yang ada lebih condong ke arah bakteri negative gram dan anaerob.
  
 2.5    Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
Gejala mayor dan gejala minor:
1.  Nyeri, berat, dan tertekan pada wajah.
2. Hidung tersumbat.
3. Lendir pada hidung berwarna kuning atau kehijauan.
4. Nyeri gigi.
5.  Gangguan membau.
6.  Batuk.
7. Telinga terasa nyeri dan panas

Gejala sinusitis
Ada beberapa gejala yang terjadi disaat infeksi sinus kita mulai dengan tiga besar yang dialami banyak orang nyeri dan tekanan nyeri, tumpu berdenyut (atau terasa berat). Tekanan yang terjadi pada sinus terjadi akibat yang ditimbulkan oleh jaringan yang meradang pada ujung-ujung syaraf di dinding dalam sinus. Lokasi nyeri ini kerap kali khas untuk sinus yang terinfeksi antara lain:
a.    Sinusitis frontalis menyebabkan nyeri dahi atau sakit kepala.
b.    Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi yang mungkin menyebar ke gigi di rahang atas.
c.    Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di antara mata atau di jembatan hidung.
d.    Sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri di belakang mata, puncak kepala, atau di sepanjang tengkuk.

Terjadi kesulitan bernafas dan penyumbatan.
Kombinasi pembengkakan membran atau selaput hidung dan peningkatan pembentukan lendir menyebabkan sulit bahakan mustahil bernafas melalui hidung. Penyumbatan ini dpat mengenai satu atau kedua sisi hidung. Bagi sebagian penderita sinusitis istilah penyumbatan merujuk bukan pada tersumbatnya pernafasan hidung  melainkan perasaan penuh atau tersumbat di wajah terutama pada bagian pipi. Sensai ini disebabkan oleh tersumbatnya sinus itu sendiri. Jika ostium yang membengkak tertutup, membrane mukosa pada sinus akan menyerap oksigen, menghasilkan tekanan negative, yang dapat menimbulkan sensasi penyumbatan wajah atau bahkan nyeri. 

2.6    Komplikasi
Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotic. Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronik dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intracranial. Kelainan orbita disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata (orbita). Yang paling sering adalah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra,selulitis orbita, asbes subperiostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus kavernosus. Kelainan Intrakranial. Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan thrombosis sinus kavernosus.
Komplikasi juga dapat terjadi pada sinusitis kronis berupa: osteomelitis dan abses suberiostal. Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya di temukan pada anak-anak . pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral fistula pada pipi. Kelainan paru, seperti bronchitis kronik dan bronki ektasis. Adanya kelainan sinus paran asal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis, selain itu dapat juga menyebabkan kambuhnya asma bronchial yang sukar dihilangkan sebelum sinusitisnya disembuhkan.

0 komentar:

Posting Komentar